Berbicara tentang ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tak melulu membahas romantisme kehidupannya dengan Nabi, apalagi keindahan fisik yang menjadi incaran terutama oleh kaum hawa. Ya, sempat viral di dunia maya, sebuah lagu tentang sosok satu-satunya istri yang dinikahi Rasulullah dalam keadaan gadis. Lagu tersebut membuat saya tertarik untuk lebih mendalami sejarah dan kepribadian teladan muslimah yang satu ini. Saya juga berpikir, sebagai kaum terpelajar –seharusnya—ada banyak hal yang patut diamati dan diteladani dari sosok agung seorang ‘Aisyah putri Abu Bakar.
‘Aisyah dilahirkan pada bulan Syawal tahun kesembilan sebelum hijrah. Tepatnya pada bulan Juli 614 M, akhir tahun kelima kenabian. Ia menikah dengan Rasulullah SAW. pada usia 6 tahun dan baru tinggal bersama dengan suaminya pada usia 9 tahun. Alasan pernikahan ini –selain karena mimpi yang dialami Rasulullah—juga tak lain karena sosok ‘Aisyah yang memiliki kelebihan rata-rata jauh di atas anak-anak seusianya pada umumnya. Ia tinggal di negeri Arab yang panas dan dikaruniai kemampuan otak yang luar biasa sehingga mempercepat proses perkembangan fisiknya.
Dikisahkan, ‘Aisyah terlahir dari sebuah keluarga terhormat yang dinakhodai oleh seorang ahli nasab terkemuka di kalangan suku Quraisy (baca: Abu Bakar). Ayahnya juga menguasai persoalan linguistik dan sastra sehingga tak mengherankan jika ‘Aisyah mewarisi seluruh kelebihan-kelebihan ini dan mengantarkannya menjadi duta Rasulullah SAW. dalam menyebarluaskan Islam sejak usia belia. Adapun di antara kelebihan-kelebihan ‘Aisyah yang lainnya adalah tingginya kualitas hafalan, wawasan, aksioma dan keahliannya dalam menarik kesimpulan.
Mahar pernikahan ‘Aisyah juga menjadi bagian menarik dalam catatan saya. Dalam Shahih Muslim, ‘Aisyah mengatakan bahwa mahar yang diberikan Rasulullah SAW kepadanya adalah sebesar 12 uqiyah atau nasy atau 500 dirham. Jika dibandingkan dengan mahar pernikahan pada saat ini, tentu perbedaannya sangat jauh. Ironisnya, sedikitnya mahar dianggap sebagai pelecehan terhadap keluarga si perempuan dan dianggap merendahkan kedudukan sosialnya. Padahal, adakah hari ini keluarga yang lebih terhormat, terpandang dan bahagia melebihi atau bahkan hampir sama dengan keluarga ash-Shiddiq? Dan adakah sosok Putri yang lebih tinggi kedudukannya, terpandang dan terhormat melebihi ‘Aisyah ash-Shiddiqah? Jawabannya sudah tentu tidak ada.
Akhlak sosok ‘Aisyah juga patut dijadikan teladan ideal para pendamba gelar sholeha. Ia mendapatkan kehormatan untuk menemani Rasulullah SAW sejak usia belia hingga remaja. Selama waktu itu pula ia mendapatkan pengawasan sekaligus pengajaran dan pendidikan dari Nabi Khuluqul Quran. Hal ini mengantarkan ‘Aisyah pada puncak akhlak yang baik dan kedudukan yang tinggi dalam jenjang spiritual serta ujung ketinggian maknawi dari kehidupan seorang manusia. Ia dilirik banyak pihak dalam persoalan akhlak yang terpuji, zuhud, wara’, dermawan dan penyayang yang merupakan poin utama kepribadiannya.
Kejeniusan ‘Aisyah mampu menggabungkan dua sifat paradoks yang menghantui para wanita. Apa itu? Sifat dasar perempuan dan qona’ah (merasa cukup). Dalam Shahih Bukhari Rasulullah SAW. bersabda, “Sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka. Kami bertanya, apa sebabnya wahai Rasullullah? Beliau menjawab, kalian banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami.” Demikianlah sifat ‘Aisyah yang tetap teguh di atas kehidupan yang serba kekurangan, kesulitan dan kerja keras, namun tak pernah sedikit pun keluar keluhan dari lisannya walau sebenarnya ia bisa saja memilih kehidupan yang sebaliknya.
Sayangnya, sosok ‘Aisyah dalam lagu yang kini viral masih sebatas menggambarkan sisi keromatisannya dengan sang suami. Seolah menunjukkan bahwa kriteria wanita mulia hanyalah ia yang pandai merawat diri dan menyenangkan hati suami, dan ‘mungkin’ juga lupa bahwa Ummul Mukminin ‘Aisyah adalah sosok yang tak bertekuk lutut pada dunia, bahkan berani menjadi pemimpin dalam tragedi terbesar sejarah umat Islam (baca: Perang Jamal).
Saya teringat sebuah status yang juga sempat lumayan viral di WhatsApp, tepatnya pada 31 Maret 2020. Walau status ini turut menuai kontroversi, tapi saya mengambil pelajaran tersendiri darinya. Isinya begini:
Viral nyanyian menyanjung Ummul Mukminin Aisyah –radhiyallahu anha—sebagai bentuk cinta dan motivasi akan keromantisannya.
Sudahilah saudaraku, cintamu dusta, jika engkau hanya hanyut akan nyanyiannya. Kenali Ummul Mukminin dengan cara yang benar. Belajar lah! Duduklah dalam majlis ulama dalam mengkajinya.
Aisyah belum sungguh engkau cintai dengan nyanyi, jika kaji bab poligami saja engkau lari.
@mns
Sontak saya tak mampu membendung tawa, salfok sekaligus tercenung terutama ketika membaca paragraf terakhir. ‘Saya udah kebal dengan istilah poligami belum, ya?’
Baiklah, sebagai penutup saya menyertakan sebuah puisi tentang keagungan sosok ‘Aisyah yang sekaligus menjadi rangkuman dari resume buku ‘Aisyah: Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman –sebuah buku terjemahan karya Sayyid Sulaiman An-Nadwi.
Semoga kelak, akan lahir narasi-narasi lainnya yang fokus mengangkat kepribadian dan sejarah agung Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Duta Raya Muslimah
Oleh: Siti Thohiroh
Hadirmu lebarkan sayap dakwah
Menjadi Duta Raya Muslimah
Hadirmu pun membawa berkah
Menjadi asbab turunnya rukhsah.
'Aisyah radhiyallahu 'anha
juru bicara sang Rahmat Semesta.
Kecerdasanmu anugerah
Wadah menyemai tak terhingga risalah
Merekam sunnah sang Rasulullah
Sejak beranjak hingga terpejam lillah
Sayyidah 'Aisyah ash-Shiddiqah
teladan muslimah generasi rabbani
Keteguhan imanmu terpatri menghunjam
Tak lapuk dan tercabut tersebab zaman
Ibadahmu terus menjulang
Walau surga telah disiapkan
Akhlakmu dibimbing Nabi "Khuluqul Quran"
tersemai sejak masa permainan.
Kecakapanmu tak diragukan
Dari ilmu sejarah hingga pengobatan
Ijtihadmu pun bersanding rupawan
di antara para referensi kehidupan.
Sederhanamu tak tergoyah kemilau harta
Lembut hatimu peluntur elite pemangsa
Tapi beranimu menderu berpacu
Meski darah bertumpah ruah.
Wahai Ummul Mukminin al-Khumaira
Semoga ridho Allah sentiasa untukmu
keluarga dan pengagum napak tilasmu
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar