Meraih Berkah dengan Meluruskan Niat
Bukankah ketika kamu menyukai seseorang, apapun yang
dia butuhkan akan kamu berikan, bahkan meskipun ia tidak memintanya? Apalagi
Allah, Tuhan semesta yang Maha Mengetahui Isi Hati para hamba-Nya.
Tulisan
ini aku peruntukkan untuk diriku sendiri, juga kamu, wahai pejuang keberkahan
hidup melalui al-Qur’an.
Sah-sah
saja, jika kamu berusaha dekat –atau bahkan memperjuangkan— al-Qur’an dengan
tujuan agar diliputi kemuliaan, dikabulkan semua harapan, dimudahkan segala
urusan dan dihindarkan dari segala sesuatu yang bersifat sia-sia. Ya, itulah
mengharap ‘berkah’, “langgeng dan bertambahnya kebaikan”. Lebih spesifiknya,
meraih berkah melalui al-Qur’an.
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan)
untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjuanglah di jalan-Nya agar kamu
beruntung.” (QS. Al-Maidah: 35)
Namun,
usaha tersebut tak serta-merta berhenti pada tahap untuk mewujudkan
keinginan-keinginanmu saja. Karena sesungguhnya, jika niatmu sebatas itu,
hasilnya pun hanya sebatas itu. “Innamal a’maalu binniyaat wa innamaa
likullimri’immaa nawaa, sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya dan
setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan….” (HR. Muttafaqun
‘alaih). Ada baiknya usaha tersebut dibarengi dengan usaha senantiasa memperbaiki
niat. Apa itu? Mencari ridho Allah.
Jika
seluruh aktivitas yang disukai Allah adalah ibadah (lihat penjelasan Ibnu
Taimiyah), maka membaca al-Quran –yang merupakan kitab berisi nasihat cinta
dari-Nya— sudah tentu sangat disukai Allah. Bukankah ketika kamu menyukai
seseorang, apapun yang dia butuhkan akan kamu berikan, bahkan meskipun ia tidak
memintanya? Apalagi Allah, Tuhan semesta yang Maha Mengetahui Isi Hati para hamba-Nya.
Lalu
dimana hubungan antara dekat dengan al-Qur’an, memperbaharui niat dan meraih
keberkahan?
Al-Qur’an
adalah kitab petunjuk dari Sang Pemilik Semesta, yang diperuntukkan bagi siapa
saja yang mendamba ‘keberhasilan’ di dunia dan akhirat. Ketika ingin berhasil –yang
secara otomatis memberikan rasa bahagia baik lahir maupun batin—maka bersahabatlah
dengan al-Qur’an. Namun, seyogyanya bukan semata-mata untuk mengharapkan
hal-hal yang bersifat duniawi saja. Karena ketika Allah ridho dengan perbuatan
kita, maka Ia tak sungkan untuk menyelimuti kita dengan kesejahteraan dan kemuliaan.
Dan juga, agar yang kita perjuangkan tidak hanya dibalas –dengan kebaikan—di
dunia saja, tetapi di akhirat juga (QS. Ali Imron: 148). Karena bisa saja,
Allah berikan balasan baik di dunia namun di akhirat tidak diberikan apa-apa
(QS. Asy-Syuro: 20). Bukankah ini tindakan yang merugi?
Masih
alhamdulillah jika ketika di akhirat, posisi perbuatan baik kita selama
di dunia masih berada di koordinat nol, tidak cenderung ke kanan atau bahkan ke
kiri (baca: tidak diberi balasan apa-apa). Tapi bagaimana jika justru malah
menjadi boomerang yang membinasakan?
Loh?
Ya,
ketika hati lalai, lalu terjerumus pada perbuatan riya’ dan munafik.
“Dan
apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan sholat, maka mereka berdiri
dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat
Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. Annisa’: 142)
“Allah
mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir
dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi
mereka dan Allah melaknat mereka dan bagi mereka azab yang kekal.”
(QS. At-Taubah: 68)
Maka,
sudah seharusnya kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah agar
dijauhkan dari niat yang bengkok karena resikonya sangat teramat mengerikan.
Memperoleh ‘cap’ sebagai orang munafik. Na’uudzu billahi min dzaalik.
Untukku
dan untukmu yang mendamba kebaikan, aku menuliskan ini karena pernah berada
pada fase men-sahabat-kan diri dengan al-Qur’an untuk mewujudkan beranekaragam
impian dan –sedikit banyak—aku telah meraihnya. Untukmu yang memahami konsep
ini lebih awal, yuk, saling merangkul dalam ketulusan. Ya, sama-sama
belajar tulus ‘dekat dengan al-Qur’an’
semata-mata untuk meraih ridho-Nya. :)
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al-A’rof: 96)
“Ya
Allah, rahmatilah hamba dengan meninggalkan keburukan selama Engkau
menghidupkanku. Bantu hamba menjalankan kebaikan dengan senatiasa mencari
ridho-Mu. Jika ada yang bengkok dalam niatku, tolong luruskan. Tuntun hamba
untuk senantiasa melakukan kebaikan hanya karena-Mu. Kabulkanlah, wahai Dzat
yang menggenggam jiwa ragaku.”
"Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkan aku atas apa yang terlupakan darinya." "Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai Tuhan Semesta Alam".
Komentar
Posting Komentar